Jumat, 22 Juli 2011

ahklaq kepda allah

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Makassar, Mei 2011






DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………... 1
Daftar isi………………………………………………………….………………………… …… 2
BAB I Pembahasan……….……………………………………..……………………………… 3
1. Latar Belakang Masalah …………………………………………………………………… 3
2. Perumusan Masalah ……………………………………………………………………….. 3
BAB II Pembahasan …………………………………………………………………………….. 4
A. Akhlak terpuji…………………………………………………………………………….4
1. Taqwa………………………………………..………………………………………………4
2. Cinta dan ridha……………………………………………………..…….…………….5
3. Ikhlas ………………………………………………………………………………………..6
4. Khauf dan raja’……………………………………………………….………………….9
5. Tawakkal………………………………………………………………..………………….9
6. Syukur………………………………………………………………………..………………9
B. Akhlak tercela
1. Kufur………………………………………………………….……………………………10
2. Takabur…………………………………………………………………………………...10
3. Riya dan ujub…………………………………………………………………………..11
4. Syirik……………………………………………………………………….……………….11

BAB III Penutup ………………………………………………………………………………..12
Daftar Pustaka …………………………………………………….…………………………… 13






BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum Akhlaq didefenisikan sebagai sikap,sifat,tingkahlaku manusia baik terhadap sesamanya maupun terhadap Allah SWT,adapun Akhlaq manusia terhadap Allah SWT yakni Aklhlaq yang terpuji dan Aklhaq tercelah. Dari kedua Aklhaq ini jg dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian.
Oleh karena itu kami menyajikan makalah ini untuk menguraikan beberapa Aklhaq manusia terhadap Allah SWT dari berbagai referensi yang kami dapatkan
B. Rumusan Masalah
Dengan mengetahui Aklhaq terpuji dan Aklhaq tercelah terhadap Allah SWT maka manusia akan bisa menilai Aklhaqnya sendiri sehingga mereka bisa meningkatkan ketaqwaanya terhadap Allah SWT.
C . TUJUAN
i. Untuk membedakan Aklhaq yang dipuji dan dicela oleh Allah SWT
ii. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT




BAB II
PEMBAHASAN
AKHLAQ TERHADAP ALLAH SWT
A. Akhlaq tepuji

1 Taqwa
Definisi taqwa yang paling pepuler adalah”memelihara diri dari siksa Allah dengan mengikuti segala perintah_Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. ‘Afif ‘Abd al-Fattah Thabbarah bahwa taqwa adalah pemeliharaan diri.Diri tidak perlu pem eliharaan kecuali terhadap apa yang dia takuti , yaitu Allah SWT. Muttaqin adalah orang-orang yang memelihara diri mereka dari azab dan kemarahan Allah di dunia dan akhirat dengan cara berhenti di garis batas yang telah di tentukan, melakukan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

a. Hakikat Taqwa
Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan, maka pada hakekatnya taqwa adalah interalisasi ketiga dimensi tersebut. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 177 di atas Allah SWT mendefinisikan al-birru dengan Iman (beriman kepada Allah, Hari Akhir, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab dan Nabi-Nabi) , Islam (mendirikan shaiat dan menunaikan zakat) dan Ihsan (mendermawakan harta yang dicintainya, menepati janji dan sabar) . Setelah disebutkan berganti-ganti beberapa bagian dari Iman, Islam, dan Ihsan itu, lalu Allah menutupnya dengan kalimat: "Merekat itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.
Dari arti ayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hakikat taqwa adalah memadukan integral aspek Iman, Islam, dan Ihsan dalam diri seseorang. Dengan demikian orang yang bertaqwa adalah orang yang dalam waktu bersamaan menjadi Mukmin, Muslim, dan Muhsin.

b. Bertaqwa Secara Maksimal
Dalam Surat Ali-Imran ayat 102 Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman supaya bertaqwa kepada-Nya dengan maksimal, yaitu dengan mengerahkan semua potensi yang dimiliki.yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalahkepada AIIah sebenar-benar taqwa
Kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam.” ( QS.AIi ‘imran 3: 102 )
Kualitas ketaqwaan seseorang menentukan tingkat disisi Allah SWT maksimal taqwanya semakin mu
c. Buah dari Taqwa Seseorang yang bertaqwa kepada AIIah SWT akan mendapat memetik buahnya, baik di dunia maupun diakhirat. itu antara lain :
1) Mendapatkan sikap furqan, yaitu sikap tegas membedakan antara hak dan
bathil, benar dan salah halal dan haram, serta terpuji dan tercelakan.
2) Mendapatkan limpahan berk ah dari langit dan bumi.
3) Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan.
4) Mendapatkan rezeki tanpa diduga-duga.
5) Mendapatkan kemudahan dalam urusannya.
6) Menerima penghapusan dan pengampunan dosa serta mendapatkan pahala yang besar.
2. Cinta dan Ridha
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang di cintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.Cinta dengan pengertian demikian sudah merupakan fitrah yang dimiliki setiap orang. Bagi seorang mukmin, cinta,pertama dan utama sekali diberikan kepada Allah SWT. Allah lebih dicintainya daripada segala-galanya.
Kenapa dia mencintai Allah lebih dari segala-galanya? Tidak lain karena dia menyadari bahwa Allah-lah yang menciptakan alam semesta dan isinya, serta Allah-lah yang mengelolah dan memelihara semuanya itu. Sejalan dengan cintanya kepada Allah SWT, seor ang akan mencintai Rasul dan jihad pada jalan-Nya.cinta Inilah yang disebut dengan cinta, utama, Sedangkan cinta kepada ibu bapak, anak-anak, sanak saudara, harta benda, kedudukan dan segala macamnya adalah cinta menengah yang harus berada di bawah cinta utama.

Bahkan dalam salah satu hadits Rasulallah saw menjelaskan bahwa seseorang akan merasakan kemanisan iman tadkala dia mampu mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari segala-galanya.arti dari hadits itu ialah sebagai berikut.
“Barangsiapa yang terdapat padanya tiga perkara, maka dia akan merasakan kemanisan iman. Yang tiga perkara itu ialah: (1) Mencintai Allah dan Rasul-Nya kepada yang lain-lain; (2) Mencintai manusia karena cinta kepada Allah semata-mata; (3) Menbenci kembali kepada kufur seperti kebencinnya bila dilemparakan ke dalam api neraka.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sejalan dengan cinta, seorang Muslim haruslah dapat bersikap ridha dengan segala aturan dan keputusan Allah SWT. Artinya dia harus dapat menerima dengan sepenuh hati, tanpa penolakan sedikitpun, segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah, maupun larangan ataupun petunjuk-petunjuk lainnya.Demikianlah sikap cinta dan ridha kepada Allah SWT.
3. IKHALS
Secara etimologi ikhlash (Bahasa Arad) berakar dari kata khalasha dengan arti bersih, jernih, murni, tidak bercampur. Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. Dalam bahasa popelenya ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. Di bawah ini akan menjelaskan criteria keikhlasan tersebut.
a. TIGA Unsur Keiklasan
Menurut hemat penulis persolan ikhlas itu tidak ditentukan oleh ada atau tidak adanya imbalan materi, tetapi ditentukan oleh tiga factor:
1. Niat yang ikhlas (ikhlàsh an-niyah)

Dalam islam factor niat sangat penting. Apa saja yang dilakukan oleh seorang Muslim haruslah berdasarkan niat mencari ridha Allah SWT (lillahi rabbil àlamîn), bukan berdasarkan motivasi lain. Faktor ini memang sangat menetukan diterima atau tidaknya amalan seseorang di sisi Allah SWT. Betapapun secara lahir amalannya baik, tapi kalau landasan niatnya bukan karena Allah, amalannya tidak akan diterima, sia-sia. Rasulullah saw menegaskan yang artinya:
“Sesunggunya Allah tidak memandang bentuk tubuh dan rupamu, tapi memandang hatimu.”(HR. Muslim)



2. Beramal dengan sebaik-baiknya (itqân al-‘amal)

Niat yang ikhlas harus diikuti dengan amal yang sebaik-baiknya. Seorang muslim yang mengaku ikhlas melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu sebaik-baiknya. Dia lakukan dengan etos kerja dan profesionalitas yang tinggi. Tidak boleh sembarangan,jadi asal, apalagi acak-acakkan. Kualitas amal atau pekerjaan tidak ada kaitanya dengan honor atau imbalan materi. Berbeda misalnya kalau dia mendapatkan gaji, maka dia akan berusaha aktif dengan ppenuh displin. Sehubungan dengan itqân al-‘amal ini Rasulullah saw besabda yang artinya;
“Sesungguhnya Allah SWT menyukai, bila seseorang beramal, dia melakukannya dengan sebbaik-baiknya…” (HR.Baihaqi)

3. Pemanfaatan hasli usah dengan tepat (jaudah al-adâ)

Unsur ketiga dari ikhlasan mengyakut pemanfaatan hasil yang diperoleh.Misalnya menutut ilmu. Setelah seorang Muslim berhasil melalui dua tahap keikhlasan, yaitu niat ikhlas karena Allah SWT dan belajar dengan rajin, tekun dan disiplin, maka setelah berhasil mendapatkan ilmu itu, yang ditandai dengan keberhasilannya meraih gelar kesarjanaan,bagaimana dia memanfaatkan imunnya atau kesarjanaannya dengan tepat. Ikhlas atau tidaknya seseorang beramal tidak ditentukan oleh ada atau tidak adanya imbalan materi yang dia dapat, tapi ditentukan oleh niat, kualitas amal, dan pemanfaatan hasil.

b. Keutamaan Ikhlas

Allah SWT memeritakan kepada kita utuk beribadah kepada-Nya dengan penuh keikhlasan dan beramal semata-mata mengharapkan ridha-Nya. Hanya dengan keikhlasanlah semua amal ibadah akan diterima oleh Allah SWT. Rasulullah saw mengucaapkan selamat (thûba) kepada para mukhlishîn. Beliaua bersabda yang arti-Nya: “Selamatlah para mukhlishîn. Yaitu orang-orang yang bila hadir tidak dikenal, bila tidak hadir tidak dicari-cari. Mereka pelita hidayah, mereka selalu selamat dari fitnah kegelapan …” (HR. Baihaqi)
Seorang mukhlish tidak akan pernah sombong kalau berhasil, tidak putus asa kalau gagal. Tidak lupa diri menerima pujian dan tidak mundur dengan cacian. Sebab dia hanya berbuat semata-mata mencari keridhaan Allah.Seorang mukhlish akan selalu bersemangat dalam beramal. Pujian tidak membuat dia terbuai, dan cacian tidak membuat dia mundur. Yang dicarinya hanyalah ridha Allah semata. Tapi seorang yang tidak ikhlas akan cepat terbuai dan lupa diri bila mendapatkan pujian, dan cepat berputus asa menghadapi segala rintangan dalam perjungan.

c. Riya Menghapukan Amalan

Lawan dari ikhlas adalah riya. Yaitu melakukan sesuatu bukan karena Allah, tapi karena ingin dipuji atau karena pamrih lainnya. Secara etimologis riya berakar dari kata ra-a, yara (melihat), ara-a, yuri-u (memperlihatkan). Riya atau syirik kecil akan menghapus pahaia amalan seseorang. Dalam sebuat hadits yang panjang Rasulullah saw menggambarkan bahwa di akhirat nanti ada beberapa orang yang dicap oleh Allah SWT sebagai pendusta. Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman yang arti-Nya: “Akulah yang paling tidak memerlukan sekutu, barangsiapa yang melakukan amalan yang menyekutukan Aku dengan yang lain, maka Aku berlepas diri darinya, maka amalannya untuk ssekutu itu.” (Hadits Qudsi Riwayat Muslim )
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 264 dan 265 Allah SWT membandikan amalan yang ikhlas mencari ridha Allah SWT semata-mata dengan dua perumpamaan. Pertama, amalan shaleh seseorng diumpamakan dengan tanah yang dilekatkan kepada sebuah batu licin. Sedikit demi sedikit tanah yang melekat hingga menutupi seluruh batu. Kedua, amalan shaleh yang dilakukan dengan ikhlas ibarat sebuah kebun terletak di daratan tinggi yang memang pada asalanya sudah subur, sehingga apabila sirami hujan lebat dia akan bertambah subur.
Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa dalam beramal dan berjung riya menyebakan seseorang tidak tahan menghadapi tantangan dan hambatan. Staminanya tidak kuat dan napasnya tidak panjang. Dia akan cepat mundur dan patah semangat apabila ternyata tidak ada yang memujinya.Berbeda dengan orang ikhlas, tidak terbuai dengan ppujian dan tadak patah semangat dengan kritikan. Staminanya kuat dan napas panjang.Dan lebih dari itu dia diridhai Allah SWT.

4. KHAUF DAN RAJA’

Khauf dan raja’ atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang oleh setiap Muslim. Dominasi khauf menyebakan sikap pesisisme dan putus asa, sementara dminasi raja’ menyebabkan seseorang lalai dan lupa diri serta merasa aman dari azab Allah.
a. Khuaf
Adalah kegalauan hati membayakanu sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya,atau membayakan hilangnya sesuatu yang disukainya (faza’al_qalb min makrub au min makbub yafu’tuh).
b. Raja’
Raja atau harap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa yang akan datang (ta’liq al_qalbi bi mahbub fi mastdqbal)

5. TAWAKAL
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada salain Allah dan menyerahkan keputusan segalah sesuatunya kepada_Nya.

6. SYUKUR
Syukur ialah memuji sipemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya.Syukurnya seorang hamba berkisar atas 3hal,yang apabila tidak bketiganya tidak berkumpul,maka tidaklah dinamakan bersyukur,yaitu:mengakui nikmat dalam batin,membicarakannya secara lahir,dan menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah.



B. AKHLAQ TECELAH (MADZMUMAH)
1. kufur
Secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kafur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasullnya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya.
Jenis kufur ada dua:

a. Kufur besar
Kufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama islam,tebagi atas 5 macam:
*Kufur karena mendustakan
*KUfur karena enggang dan sombong,padahal membenarkan.
*Kufur karena ragu
*Kufur karena berpaling
*Kufur karena nifak

b. Kufur kecial
Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama islam, dan ia adalah kufur amali.Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar.

2. Takabbur

Definisi Takabbur
Rasulullah SAW mendefisikan “takabbur” sebagai sikap “menolak kebenaran dan merendakan lain,” Pengertian itu Nabi sampaikan kepada orang yang mempertanyakan sikap salah seorang sahabat yang suka memakai baju dan sendal bagus. Sabda Nabi: Sesunggunya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Takabbur adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” HR. Muslim.

Macam –macam takabbur
Takabbur kepada Allah
Takabbur kepada Rasul
Takabbur atas sesama manusia

3. Riya dan Ujub

Sesungguhnya penyakit yang paling besar serata mematikan yang menimpa hati manusia, serta dapat menjadikan amalan-amalan sia-sia, juga merusak seluruh perbuatan manusia serta melahirkan kekerasan dan kekejian adalah Riya dan Ujub.
Riya adalah bagian dari perbuatan syirik mensekutukan Allah, sementara Ujub : adalah bagian dari perbuatan syirik terhadap diri sendiri, kedua sikap ini menyatu pada diri orang yang takabbur.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Haritsah bin Wahab: “Maukah kalian aku beritakan tentang penghuni neraka; yaitu setiap orang yang berperangi jahat serta kasar, oranng gemuk yang berlebih-lebihan dalam berjalannya, dan orang-orang yang sombong.

4. Syirik

1. DEFINISI SYIRIK
Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam Rubbiyyah dan Uluhiyyah Allah Subbuanahu wa Ta’aia. Umumya menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah, yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah di samping berdo’a kepada Allah, atau memalingkan sesuatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo’a dan sebagainya kepada selainNya.

2. JENIS-JENIS SYIRIK
Syirik Ada Dua Jenis : Syirik Besar dan Syirik Kecil.
a. Syirik Besar
Syirik Besar adalah memalingkan sesuatau benuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembilian kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syitan, atau mengha rapkan selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat.
Syirik Besa itu Ada Empat Macam
1. Syirik Do’a, yaitu di samping berdo’a kepada Allah SWT, jg bardo’a kepada selain_Nya.
2. Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu menunjutkan sesuatu ibadah untuk selain ALLah SWT,
3. Syirik Ketaatan yaitu mentaati selain kepada Allah dalam hal maksiat kepada Allah
4. Syirik Mahabbah(Kecintaan) yaitu menyamakan selai Allah dengan Alaah dalam hal kecintaan
b. Syirik Kecil
Syirik Kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama islam,tetapi mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (perantara) kepada syirik besar
Syirik Kecil ada 2 macam.
1. Syirik zhahir (nyata) ,yaitu syirik dalam bentuk bentuk ucapan dan perbuatan.
2. Syirik khafi(tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat












BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aklhaq terhadap Allah yakni ada Aklhaq yang terpuji dan tercelah, Aklhaq yang terpuji diantaranya:
Taqwa
Definisi taqwa yang paling pepuler adalah”memelihara diri dari siksa Allah dengan mengikuti segala perintah_Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Cinta dan Ridha
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang di cintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.Cinta dengan pengertian demikian sudah merupakan fitrah yang dimiliki setiap orang. Bagi seorang mukmin, cinta,pertama dan utama sekali diberikan kepada Allah SWT. Allah lebih dicintainya daripada segala-galanya.
IKHALS
Kufur Secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kafur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasullnya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya. Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam Rubbiyyah dan Uluhiyyah Allah Subbuanahu wa Ta’aia
Syirik
Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam Rubbiyyah dan Uluhiyyah Allah Subbuanahu wa Ta’aia


DAFTAR PUSTAKA

Yunaha Ilyas ,kuliah aqidah islam(Yokyakarta:LPPI Universitas Muhammadyah Yogyakarata, 1992
Ahmad Darson Munawwir, kamus arab _indonesia(Yogyakarta Al_Munawwir 1984)
Muhammad Al_Ghasali dkk,wasiat taqwa, terjemahan Husein Muhammad (Jakarta: Bulan Bintang,1986)
Afif’ Abd al_fattah,Thabbara,Rub ad_Din al_islami(Beurut: Dar al_ilmu li al Malayin,1992)
E1%5Cacer%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping">
EKONOMI DAN KEADILAN
Secara khusus keadilan itu penting dalam konteks ekonomi dan bisnis karena tidak pernah sebatas perasaan atau sikap batin saja tetapi menyangkut kepentingan atau barang yang dimiliki atau dituntut oleh pelbagai pihak.
Antara ekonomi dan keadilan terjalin hubungan erat, karena dua – duanya berasal dari sumber yang sama yaitu bersumber pada masalah kelangkaan. Ekonomi timbul karena keterbatasan sumber daya. Hal ini berlaku bagi ekonomi sebagai praktek maupun teori. Ekonomi adalah bidang study tentang cara bagaimana masyarakat menggunakan sumber daya yang langka untuk memproduksi komoditas – komoditas yang berharga dan mendistribusikannya diantara orang – orang yang yang berbeda.
Seandainya tidak ada kelangkaan maka tidak akan ada ekonomi tetapi hal yang sama dapat dikatakan juga tentang keadilan seandainya tidak ada kelangkaan maka tidak akan ada keadilan pula. Selama barang berlimpah – limpah maka tidak bisa muncul masalah keadilan. Masalah keadilan atau ketidakadilan baru muncul jika tidak tersedia ruang cukup bagi semua orang untuk menginginkan barang atau jasa tersebut.
2. Hakikat Keadilan
Ada tiga ciri khas yang selalu menandai keadilan : Keadilan tertuju pada orang lain, Keadilan harus ditegakkan, dan Keadilan menuntut persamaan.
Pertama, Keadilan selalu tertuju pada orang lain atau keadilan selalu ditandai other-directedness ( J. Finnis ).Masalah keadilan atau ketidakadilan hanya bisa timbul dalam konteks antar manusia.
Kedua, Keadilan harus ditegakkan dan dilaksanakan. Keadilan tidak diharapkan saja atau dianjurkan saja. Keadilan mengikat kita sehingga kita mempunyai kewajiban karena keadilan selalu berkaitan dengan hak yang harus dipenuhi. Kalau ciri pertama menyatakan bahwa dalam konteks keadilan kita selalu berurusan dengan hak orang lain. Maka ciri kedua ini menekankan bahwa dalam konteks keadilan kita selalu berurusan dengan hak orang lain.
Ketiga, Keadilan menuntut persamaan ( Equality ). Atas dasar keadilan kita harus memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa kecuali.
3. Pembagian Keadilan
Pembagian Klasik
Pembagian ini disebut klasik karena mempunyai tradisi yang panjang. Keadilan bisa dibagi atas tiga, berkaitan dengan tiga kewajiban ( atau Hak ) yang bisa dibedakan contohnya keadilan dapat menyangkut kewajiban individu – individu terhadap masyarakat, lalu kewajiban masyarakat terhadap individu – individu, dan akhirnya kewajiban antara individu – individu satu sama lain.
Hal tersebut lebih diperinci sebagai berikut.
a. Keadilan Umum ( General Justice ) Berdasarkan keadilan ini para anggota masyarakat diwajibkan untuk memberi kepada masyarakat ( secara konkret ) apa yang menjadi haknya
b. Keadilan Distribusi ( Distribusi Justice ) Berdasarkan keadilan ini negara harus membagi segalanya dengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat. Diantara hal – hal yang dibagi negara kepada warga negara ada hal – hal yang enak untuk didapat ada juga hal – hal yang tidak enak didapat.
Keadilan Komutatif ( Commutative Justice ) Berdasarkan keadilan ini setiap orang harus memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya. Bukan hanya individu yang harus memberikannya kepada individu lain melainkan juga kelompok satu kepada kelompok lain.
3.2 Pembagian Pengarang Modern
Sebagai contoh kedua kami mengajukan pembagian keadilan yang dikemukakan oleh beberapan pengarang modern tentang etika bisnis.
a. Keadilan Distribusi ( Distributive Justice ) Dimengerti dengan cara yang sama seperti dalam pembagian klasik tadi. Benefits and burdens hal – hal yang enak untuk didapat maupun hal – hal yang menuntut pengorbanan
b. Keadilan Retributif ( Retributive Justice ) Berkaitan dengan terjadinya kesalahan. Hukuman yang diberikan kepada orang yang bersalah haruslah adil. Jika seorang karyawan bersalah maka diberikan hukuman mungkin sanksi.
Keadilan Kompensatoris ( Compensatory Justice ) Menyangkut kesalahan juga yang dilakukan tetapi menuntut aspek lain. Berdasarkan keadilan ini orang mempunya kewajiban moral untuk memberi tanggung jawab moral untuk memberikan kompensasi kepada orang lain
3.3 Keadilan Individu dan Keadilan Sosial
Cara yang paling baik untuk menguraikan keadilan social adalah membedakannya dengan keadilan individu. Kedua macam keadilan ini berbeda karena pelaksanaannya berbeda. Pelaksanaan keadilan individual tergantung pada kemauan atau keputusan satu orang ( atau bisa beberapa orang ) saja. Dalam pelaksanaan keadilan sosial, satu orang atau beberapa orang saja tidak berdaya. Keadilan sosial tergantung pada struktur – struktur masyarakat dibidang sosial – ekonomi, politik, budaya dan sebagaimananya. Keadilan sosial tidak akan terlaksana kalau struktur – struktur masyarakat tidak memungkinkan.

4. Keadilan Distributif pada khususnya
Dalam teori etika modern sering disebut dua macam prinsip untuk keadilan distribusi : prinsip Formal dan prinsip Material. Prinsip formal hanya ada satu. Prinsip formal ini mempunyai tradisi yang lama sekali karena sudah ditemukan oleh Aristoteles. Jadi prinsip Formal menyatakan bahwa kasus – kasus yang sama harus diperlakukan dengan cara yang sama sedangkan kasus – kasus yang tidak sama boleh saja diperlakukan tidak sama
Prinsip – prinsip material keadilan disributif melengkapi prinsip formal. Prinsip – prinsip material menunjuk kepada salah satu aspek relevan yang bisa menjadi dasar untuk membagi dengan adil hal – hal yang dicari oleh pelbagai orang. Kalau prinsip formal hanya ada satu. Prinsip material ada beberapa. Keadilan distributif terwujud kalau diberikan :
?Kepada setiap orang bagian yang sama
?Kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhan individualnya
?Kepada setiap orang sesuai dengan haknya
?Kepada setiap orang sesuai dengan usaha individualnya
?Kepada setiap orang sesuai dengan kontribusinya kepada masyarakat
?Kepada setiap orang sesuai dengan jasanya ( Merit )


makalah konsep sosialkultural

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Perkembangan kognitip dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam situasi sosial yang hampa . Lev Vygotsky (1896- 1934), adalah seorang psikolog berkebangsaan Rusia , mengenai poin penting tentang pikiran anak ini lebih dari setengah abad yan lalu. Teori Vygotsky mendapat perha tian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.
Lev Vygotsky menulis karyanya di Uni Soviet selama 1920-an sampai 1930-an . Namun, karyanya baru di publikasikan di dunia Barat pada tahun 1960-an. Sejak saat itulah, tulisan-tulisannya menjadi sangat berpengaruh. Vygotsky adalah pengagum Piaget. Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitip terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran realitas batinya sendiri .

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana teori perkembangan kognitif menurut Vygotsky dan cara menerapkannya kepada anak-anak !

TUJUAN
Tujuan teori Vygoysky adalah untuk membantu anak-anak dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di bidang –bidang tersebut ,melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial , sehingga perkembangan mental anak-anak menjadi matang
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP SOSIOKULTURAL
Banyak developmentalis yang bekerja di bidang ke budayaan dan pembangunan menemukan dirinya sepaham dengan Vygotsky., yang berfokus pada konteks pembangunan social budaya. Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan –kegiatan sosial budaya . Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan , perhatian ,dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa,sistem matematika , dan alat- alat ingatan.Ia juga menekankan bagaimana anak-anak di bantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil didalam bidang-bidang tersebut.
Menurut Vygotsky , anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun , anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan , berpikir dan m saikan masalah .Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai “alat kebudayaan” tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya.
Vygotsky menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional maupun konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level institusional ,sejarah kebudayaan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalui institusi seperti sekolah ,penemuan seperti komputer , dan melek huruf.Level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada keberfungsian mental anak. Menurut Vygotsky ,keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung.

PERKEMBANGAN BAHASA
Kita tidak mempelajari bahasa di dalam suatu “ ruang hampa sosial “(social vacuum).Kebanyakan anak-anak di ajari bahasa sejak usia yang sangat mudah. Dewasa ini , kebanyakan peneliti pengusaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus dan dalam beberapa kasus tanpa penguatan yang jelas.Dengan demikian aspek yang penting dalam mempelajari suatu bahasa tampaknya tidaklah banyak.Karna, proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru.Suatu peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak kecil di sebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi frekuensi dan hubungan yang lebih luas dari pada normal, dan dengan kalimat-kalimat yang sederhana.
Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif daripada Piaget.Karna ,bagi Vygotsky , bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain . Awalnya ,satu-satunya fungsi bahasa adalah komunikasi.Bahasa dab pemikiran berkembang sendiri , tetapi selanjutnya anak mendalami bahasa dan belajar menggunakanya sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah. Dalam tahap praoperasional ,ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk menyelesaikan masalah ,mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan masalah. Sebaliknya , begitu menginjak tahap operasional konkret, percakapan batiniah tidak terdegar lagi.

ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT
Menurut teori Vygotsky ,Zone Of Proximal Development merupakan celah antara actual development dan pontesial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan taman sebaya.
Maksud dari Zone Of Proximal Development (ZPD) adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaannya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat.Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.Melalui perubahan yang berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, siswa mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan dan mendalami kemudian menggunakannya.Sebuah konsekuensi pada proses ini adalah bahwa siswa belajar untuk pengaturan sendiri (self-regulasi).

KONSEP SCAFFOLDING
Scaffolding merupakan suatu istilah yang ditemukan oleh seorang ahli psikologi perkembangan-kognitif masa kini, Jerome Bruner, yakni suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya.
Scaffolding dapat diartikan bahwa sebagai sejumlah bantuan kepada seorang siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah melakukannya.Scaffolding merupakan bantuan yang di berikan kepada siswa untuk belajar memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.

KONSTRUKTIVISME
Konstuktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filsofi dan antropologi sebagai psikologi. Pedoman filsofi pada teori ini ditemukan pada abad ke-5 sebelum masehi. Ketika Scorates memajukan pemikiran dari level sophist oleh metode perkembangan sistematis yang ditemukan melalui gabungan antara pertanyaan dan alasan logika. Metode baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek pemecahan masalah aliran konstruktivisme.
Konsruktivisme yang mempunyai pengaruh besar pada tahun 1930 yang bekerja sebagai psikologi Rusia adalah L.S.Vygotsky. Vygotsky mencatat bahwa interaksi individu dengan orang lain berlangsung pada situasi sosaial. Vygotsky percaya bahwa subyek yang dipelajari berpengaruh pada proses belajar, dan mengakui bahwa tiap-tiap ilmu mempunyai metode pembelajaran tersendiri. Vygotsky adalah seorang guru yang tertarik untuk mendesign kurikulum sebagai fasilitas dalam interaksi siswa.





BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivisme, yaitu penekanan hakekat sosiokultural dari pembelajaran.Menurut vygotsky, bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinngi itu terserap kedalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vygotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif. Disamping itu model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa dan juga model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

SARAN
Dalam teori Vygotsky kita di sarankan untuk menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa dan memberi kesempatan untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri,serta dapat menyadarkan agar strategi mereka sendiri dalam belajar.







DAFTAR PUSTAKA

Dahlan . 1190. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperatif Learning). Online (hhtp://www.Universitas Negeri Jakarta.ac.id/Unj).Diakses 02 February 2010

Slavin . 1994. Teori Belajar Konstruktrjarivis dalam Pembelajaran Fisika. Online ( hhtp://www. Universitas Negeri Jakarta . ac.id / Unj) .Diakses 02 February 2010

























TUGAS KELOMPOK
MAKALAH
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF VYGOTSKY







Dosen Pembimbing :
MARKAS ISKANDAR S.Ag M. Pd,i


Disusun Oleh :
KELOMPOK VII
RAHMIYATI
KURSIAH
SITTI MASITA
ALI MUJAHID

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2010 / 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Makassar,25 Juni 2011



Penyusun









DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
Koonsep Sosialkultural 2
Perkembangan Bahasa 3
Zone Of Proximal Development 4
Konsep Scaffolding 4
Konstruktivisme 5
BAB III PENUTUP 6
Kesimpulan 6
Saran 6
Daftar Pustaka 7

gender

Kegiatan P2P LIPI


Seminar Intern: “Competing Image and Negotiating Power for Women’s Leadership in Muhammadiyah”
8 April, 2008
Isu jender menjadi topik bahasan yang menarik dalam seminar intern yang diadakan oleh Pusat Penelitian Politik kali ini. Kurniawati Hastuti Dewi, MA., peneliti bidang perkembangan politik lokal Pusat Penelitian Politik LIPI, membawakannya dalam makalah yang berjudul “Competing Image and Negotiating Power for Women’s Leadership in Muhammadiyah” dengan moderator Irine Hiraswari Gayatri, MA. Makalah tersebut merupakan pengembangan dari thesis Masternya yang berjudul “Women’s Leadership in Muhammadiyah: ‘Aisyiyah’s Struggle for Equal Power Relations” (2007).

Peneliti yang meraih gelar master dari the Australian National University ini berupaya untuk mengamati konstruksi posisi dan peran perempuan dalam Muhammadiyah melalui analisis relasi jender. Bagaimana kepemimpinan perempuan di Muhammadiyah telah didefinisikan dalam konsep dan prakteknya merupakan titik tolak makalah yang ditujukan untuk menghadirkan competing images dari kepemimpinan perempuan dan memotret negosiasi kekuasaan antara elite Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, dan juga antara generasi muda dan tua dalam ‘Aisyiyah. ‘Aisyiyah merupakan sayap perempuan di Muhammadiyah sekaligus menjadi organisasi perempuan muslim tertua di Indonesia. ‘Aisyiyah inilah yang bertanggung jawab untuk mengelola anggota-anggota perempuan di Muhammadiyah.

Menurutnya, meskipun elite Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah memiliki kesamaan konsep mengenai kepemimpinan perempuan di Muhammadiyah, yaitu bahwa perempuan sebaiknya bersikap berdasarkan fitrah, namun dalam prakteknya tidak ada pandangan yang monolitik mengenai kepemimpinan perempuan di Muhammadiyah. Perjuangan bagi kepemimpinan perempuan di Muhammadiyah merefleksikan “pertarungan” antara image atau corak kepemimpinan maskulin dan feminim, yang kemudian menentukan strategi yang sebaiknya dipilih dalam negosiasi kekuasaan. Pilihan terhadap corak kepemimpinan perempuan yang feminim berbading lurus dengan konteks kultural budaya Jawa yang melingkupi interaksi di dalam ‘Aisyiyah maupun Muhammadiyah. Yaitu bahwa seorang perempuan calon pemimpin di lingkungan Muhammadiyah seyogyanya mencerminkan perilaku sosial ideal perempuan jawa, yang juga menghindari cara-cara agresif, agar dapat memenangkan negosiasi kekuasaan tanpa merendahkan kaum laki-laki di Muhammadiyah.

Sebagai kesimpulan, peneliti yang kerap disapa Nia ini mengungkapkan bahwa kandidat perempuan yang diharapkan menjadi pemimpin di Muhammadiyah sebaiknya tetap memelihara karakter feminim sehingga dapat diterima secara religius maupun kultural dalam organisasi yang didominasi oleh kaum pria ini. Kecenderungan ini berdampak pada pilihan yang masuk akal untuk menegosiasikan hubungan jender atau kekuasaan yang kembali menyarankan pendekatan gradual dan tidak konfrontatif (menjauhi konflik). Temuan semacam itu menegaskan adanya hegemoni budaya Jawa dan hegemoni standar maskulin sebagai patokan berperilaku bagi laki-laki maupun perempuan yang ingin menjadi pemimpin di Muhammadiyah. Bagi perempuan untuk bisa ‘diterima’ dalam lingkungan Muhammadiyah yang didominasi laki-laki, ia harus tetap menggunakan dan mengolah kualitas feminim; meskipun pada titik tertentu kepemimpian perempuan di Muhammadiyah yang bercorak feminim ini akan dengan mudah dicap sebagai ‘yang lain’ di dalam tatanan kepimpinan yang maskulin. Sebuah temuan awal yang membuka mata tentang inter-relasi dalam menerjemahkan kepemimpinan perempuan yaitu keterkaitan antara doktrin agama, budaya dan jender sebagai tantangan Muhammadiyah kontemporer